Jumlah korban tewas akibat Topan Mocha yang melanda Teluk Benggala meningkat pada Senin (15 Mei) saat kontak perlahan dipulihkan ke Myanmar barat, dengan 29 orang dilaporkan tewas.

Topan Mocha mendarat di antara Cox’s Bazar di Bangladesh dan Sittwe di Myanmar dengan kecepatan angin hingga 195 km/jam, badai terbesar yang melanda Teluk Benggala dalam lebih dari satu dekade.

Badai itu sebagian besar telah berlalu pada Minggu malam, menyelamatkan kamp-kamp pengungsi yang menampung hampir satu juta Rohingya di Bangladesh, di mana para pejabat mengatakan tidak ada kematian.

Tetapi banyak Rohingya di Myanmar barat tewas ketika topan melanda pada akhir pekan, menurut penduduk, kelompok bantuan di daerah tersebut dan laporan media lokal pada hari Selasa.

Dua warga dan organisasi non-pemerintah lokal yang beroperasi di Negara Bagian Rakhine, Partners, mengatakan kepada Reuters bahwa topan telah menyebabkan kerusakan besar dengan banyak korban jiwa.

Dua puluh empat orang tewas di jalur desa Khaung Doke Kar barat laut Sittwe, kata seorang pemimpin kamp Rohingya kepada AFP, meminta anonimitas karena takut pembalasan dari junta.

Beberapa lainnya dikhawatirkan hilang dari jalur dataran rendah, rumah bagi desa-desa Rohingya dan kamp-kamp pengungsi, katanya.

 

Rekaman AFP dari daerah itu menunjukkan perahu kayu nelayan hancur berkeping-keping dan menumpuk di dekat pantai.

Setidaknya lima orang tewas di Myanmar dan “beberapa warga” terluka, kata junta militer dalam pernyataan sebelumnya, tanpa memberikan rincian.

Lebih dari 860 rumah dan 14 rumah sakit atau klinik rusak di seluruh negeri, katanya.

Komunikasi masih terputus-putus pada Senin dengan ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe, yang menampung sekitar 150.000 orang dan menanggung beban badai menurut pelacak topan.

Warga menyelamatkan barang-barang dari rumahnya yang rusak akibat Topan Mocha di pulau Saint Martin di Cox’s Bazar, Bangladesh, alan-jalan sepi dan pohon-pohon yang masih berdiri dilucuti daunnya.

Sedikitnya lima orang tewas di kota itu dan sekitar 25 lainnya cedera, kata pekerja penyelamat lokal Ko Lin Lin kepada AFP.

Tidak jelas apakah salah satu dari mereka termasuk dalam jumlah korban tewas dalam pernyataan junta.

Mocha mendarat pada Minggu, membawa gelombang badai dan angin kencang yang meruntuhkan menara komunikasi di Sittwe, menurut gambar yang dipublikasikan di media sosial.

“Saya sedang berada di biara Buddha ketika badai datang,” kata seorang warga kepada AFP.

By adminPK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *