Para penumpang dapat merasakan pengurangan waktu perjalanan saat mereka melakukan perjalanan di Jakarta dan kota-kota sekitarnya dengan diluncurkannya Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek pada hari Senin (28 Agustus) setelah beberapa kali penundaan.

Jalur yang diresmikan Presiden Joko Widodo yang mencakup wilayah Jabodetabek ini terdiri dari dua jalur dengan total 18 stasiun.

The two lines are the Cibubur Line – which runs from Dukuh Atas to Harjamukti – as well as the Bekasi Line, which runs from Dukuh Atas to Jati Mulya.

Peta stasiun di LRT Jabodetabek.
Greater Jakarta, or Jabodetabek, is a large metropolitan area covering Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya mengatakan kepada Kompas bahwa jalur LRT memangkas waktu tempuh penumpang dibandingkan menggunakan kendaraan di jalan tol setelah menguji layanan tersebut pada bulan Juni.

Dia mengambil jalur dari Stasiun Dukuh Atas di Jakarta ke Stasiun Jati Mulya di Bekasi Timur sebelum kembali ke Stasiun Halim di Jakarta.

Tercatat, waktu tempuh dari Stasiun Dukuh Atas menuju Stasiun Jati Mulya total memakan waktu 43 menit.

“Ini lebih cepat dibandingkan menggunakan kendaraan meski melalui tol yang memakan waktu sekitar dua jam. Dengan naik LRT bisa memangkas waktu hingga sepertiganya. Ini angka yang signifikan,” ujarnya.

Pada hari Senin, Bapak Widodo – atau lebih dikenal dengan sebutan Jokowi – mengatakan bahwa ia berharap jalur baru ini akan membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di ibu kota.

Menurut Tempo, Presiden Joko Widodo ingin masyarakat beralih dari angkutan pribadi ke angkutan umum dengan adanya jalur LRT baru sehingga kemacetan di Jakarta dan sekitarnya bisa berkurang.

Seorang analis yang diajak bicara oleh CNA mengatakan bahwa tidak realistis mengharapkan investasi transportasi umum dapat mengubah kemacetan lalu lintas secara signifikan.

“Dibutuhkan investasi berkelanjutan pada layanan transportasi umum, serta kebijakan untuk mengelola permintaan lalu lintas guna mengurangi kemacetan dalam jangka panjang,” kata Dr Walter Theseira, profesor ekonomi di Singapore University of Social Sciences (SUSS).

Ia mengatakan bahwa mengatasi masalah kemacetan lalu lintas secara bermakna biasanya memerlukan penanganan “penyediaan layanan angkutan umum dan permintaan angkutan pribadi”.

 

By adminPK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *